Tempat Terburuk Untuk Pendidikan Bagi Anak Perempuan

By | January 10, 2020

Tempat Terburuk Untuk Pendidikan Bagi Anak Perempuan – Perbebatan tentang pendidikan di negara – negara maju sering berkisar tentang prioritas mata pelajaran yang mana paling penting atau tentang murid yang perlu bantuan maupun hal – hal yang perlu anggaran tambahan.

Namun bagi keluarga di negara-negara berkembang, masalah pendidikan bisa amat mendasar, seperti apakah ada sekolah? Data dari PBB memperlihatkan ‘perkembangan yang nyaris nol’ dalam satu dekade belakangan menyangkut penanganan kurangnya sekolah di negara-negara termiskin dunia. Dengan mengkaji lebih lanjut atas kualitas pendidikan, PBB mengatakan ada temuan yang ‘mengejutkan’ karena lebih dari 600 juta anak-anak bersekolah namun nyaris tidak belajar apapun. slot online indonesia

Situasi lainnya adalah di negara-negara Barat yang makmur, murid perempuan sering kali lebih unggul dibanding siswa laki-laki dalam pencapaian akademis sementara di bagian dunia yang miskin, khususnya di sub-Sahara Afrika, perempuan lebih mungkin tertinggal atau tidak bersekolah. slot online indonesia

Untuk memperingati Hari Anak Perempuan Internasional, Rabu (11/10), sebuah lembaga kampanye pendidikan, One, menyusun peringkat tentang tempat-tempat terburuk di dunia bagi anak perempuan untuk bersekolah. Peringkat disusun berdasarkan beragam kriteria, antara lain proporsi anak perempuan yang tidak mendapat pendidikan dasar dan menengah maupun yang bisa menyelesaikannya. Kriteria lainnya adalah tingkat buta huruf perempuan serta perbandingan antara jumlah murid dan guru serta anggaran untuk pendidikan. https://www.benchwarmerscoffee.com/

Kawasan konflik

Tempat Terburuk di Dunia Bagi Anak Perempuan Untuk Bersekolah

Dari 10 negara terburuk yang disusun, ditemukan bahwa sebagian besar dari usia sekolah yang tidak mendapat pendidikan adalah anak-anak perempuan. Negara-negara itu tergolong rapuh dengan banyak keluarga yang menghadapi risiko kemiskinan, kesehatan buruk, kurang gizi, pengungsian lokal akibat perang dan konflik. Banyak anak-anak perempuan di kawasan itu yang lebih diharapkan untuk bekerja dan bukan bersekolah. Banyak pula yang menikah muda sehingga menutup peluang untuk mendapat pendidikan formal. Data PBB memperlihatkan peluang anak perempuan untuk putus sekolah sampai dua kali lipat lebih tinggi di kawasan-kawasan konflik.

1. Sudan Selatan: negara terbaru di dunia ini menghadapi rangkaian kekerasan dan perang, dengan sekolah-sekolah dihancurkan sementara keluarga mengungsi dari rumahnya. Hampir tiga perempat anak-anak perempuan tidak masuk sekolah dasar

2. Republik Afrika Tengah: satu guru untuk 80 murid

3. Niger: hanya 17% perempuan berusia 15-24 tahun yang melek huruf/angka

4. Afghanistan: kesenjangan gender meluas dengan anak laki-laki lebih mungkin bersekolah dibanding anak perempuan

5. Chad: banyak hambatan sosial dan ekonomi bagi anak-anak perempuan untuk bisa mendapat pendidikan

6. Mali: hanya 38% anak perempuan yang menyelesaikan sekolah dasar

7. Guinea: rata-rata waktu yang dihabiskan untuk pendidikan di kalangan perempuan di atas 25 tahun adalah kurang dari satu tahun

8. Burkina Faso: hanya 1% anak perempuan yang menyelesaikan sekolah menengah

9. Liberia: hampir dua pertiga anak berusia sekolah dasar mengalami putus sekolah

10. Ethiopia: dua dari lima anak perempuan menikah sebelum berusia 18 tahun

Di beberapa negara, seperti Suriah, amat sulit untuk mengumpulkan data sehingga tidak masuk dalam peringkat yang disusun lembaga pendidikan One ini. Salah satu masalah yang hampir ditemukan di semua negara-negara miskin adalah kekurangan guru. Tahun lalu PBB mengatakan sekitar 69 juta guru dibutuhkan di seluruh dunia pada tahun 2030 mendatang jika janji komunitas internasional untuk pendidikan ingin diwujudkan.

Laporan PBB terbaru ini juga menyebutkan akan ada keuntungan ekonomis jika anak-anak perempuan dipertahankan belajar di sekolah. Tentu saja amat banyak yang diperoleh pada tingkat individu, seperti Florence Cheptoo, yang hidup di sebuah kampung terpencil di Kenya yang mulai belajar membaca pada usia 60 tahun.

Gayle Smith, Presiden One, menyebutkan kegagalan dalam pendidikan anak perempuan merupakan ‘krisis global yang melanggengkan kemiskinan’. “Lebih dari 130 juta anak-anak perempuan tidak bersekolah, itu berarti 130 juta lebih potensi insisnyur, pengusaha, guru, dan politikus yang kepemimpinannya tidak dinikmati dunia.”

Berikut ini ulasan mengenai tempat terburuk di dunia bagi anak perempuan untuk bersekolah.

1. Burkina Faso

Tempat Terburuk di Dunia Bagi Anak Perempuan Untuk Bersekolah

Sayangnya, anak-anak yang tinggal di negara ini tidak seberuntung orang lain yang dibesarkan di negara maju dengan sistem pendidikan tinggi. Mereka jarang melanjutkan pendidikan dan sebagian besar mereka hanya mencapai kelas 6 atau 7 dan kemudian berhenti, demikian dilaporkan PBB. Lebih memilukan lagi, hanya kurang dari 50 persen orang dewasa di negara ini yang melek huruf, sedangkan sisanya bahkan tidak bisa membaca dan menulis. Untungnya, pemerintah berusaha mengatasi masalah ini dengan membuat beberapa program untuk menciptakan perubahan dan membuat perbaikan di sektor pendidikan.

2. Republik Afrika Tengah

Pemerintah Republik Afrika Tengah adalah satu-satunya yang disalahkan atas sistem pendidikan yang buruk di negara itu. Bahkan, pemerintah mengambil seluruh tanggung jawab karena tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk sistem pendidikan. Pemerintah telah sepenuhnya mengabaikannya, yang sebagai gantinya telah menyebabkan banyak masalah serius lainnya. Sekolah banyak yang ditutup selamanya, siswa bahkan tidak memiliki bahan dasar seperti buku, dan guru tidak dibayar untuk usaha mereka. Oleh karena itu, para guru berhenti melakukan pekerjaan mereka dan para siswa berhenti hadir.

3. Sierra Leone

Satu lagi negara dengan sistem pendidikan terburuk di dunia. Tidak heran mengapa negara-negara ini tidak berkembang dan kuat. Pendidikan adalah kunci keberhasilan dan kekuatan dan selama beberapa negara terus mengabaikan sektor penting ini, mereka akan selalu berada di belakang. Sierra Leone mengetahui peningkatan luar biasa dalam tingkat buta huruf. Banyak diantaranya mereka yang memilih putus sekolah. Bahkan, anak-anak di negara ini menghabiskan tidak lebih dari tiga tahun di sekolah karena setengah dari mereka akhirnya putus sekolah. Diharapkan pemerintah Afrika Tengah mengambil beberapa langkah serius dan memperbaiki masalah ini. Tak lain demi menyelamatkan masa depan banyak anak yang pantas untuk memiliki kehidupan lebih baik.

4. Burma

Burma jelas tidak lebih baik dari negara-negara di daftar ini. Burma memiliki banyak masalah dan di antaranya adalah pendidikan. Anak-anak di Burma jarang pergi ke sekolah dan ini karena orang tua mereka hampir tidak mampu mencari nafkah dan tidak dapat memenuhi biaya pendaftaran yang dikenakan pemerintah. Oleh karena itu, kemiskinan adalah satu hambatan terbesar dan tentu saja, jangan lupa untuk menyebutkan pembatasan akses yang tidak adil yang telah ditetapkan oleh Burma untuk beberapa kelompok etnis minoritas. Sedihnya, banyak anak akhirnya putus sekolah di kelas 5.

5. Mali

Alasan utama di balik sistem pendidikan yang buruk di negara ini adalah kenyataan bahwa para guru tidak terlatih dan berkualitas. Jadi, kamu dapat mengatakan bahwa setiap orang biasa dapat mengajar di Mali tanpa perlu ada sertifikat atau gelar guru. Beruntung, masalah ini dibahas dalam beberapa tahun terakhir dan pemerintah juga berusaha melakukan perbaikan untuk memperbaiki seluruh situasi.