Sistem Pendidikan Jepang

Sistem Pendidikan Jepang – Negara Jepang dikenal dengan kedisiplinan, kecerdasan, kesehatan, kesopanan, dan kesejahteraan masyarakatnya. Yang menjadi pertanyaan adalah, kenapa bangsa ini begitu unik dan berbeda dengan negara-negara lain?

Kali ini akan mengulas dan menjawab pertanyaan tersebut.  Jawabannya adalah mereka memiliki sistem pendidikan yang sangat keren! Kita semua tahu bahwa semakin bagus kualitas pendidikan suatu bangsa, SDMnya juga akan semakin istimewa. Mari kita bahas, seperti apa sistem pendidikan negara Jepang yang istimewa, sehingga membuat negara-negara lain ingin mengikutinya.

1. Belajar adab & sopan santun sebelum belajar ilmu pengetahuan

Sistem Pendidikan Jepang

Di sekolah – sekolah Jepang tidak ada yang namanya tes atau ujian hingga mereka menginjak kelas empat (usia 10). Sekolah hanya melakukan tes – tes ringan, bukan tes semacam ujian kenaikan kelas. Sebenarnya belajar adab sebelum menuntut ilmu adalah sebuah kebiasaan para ulama’ terdahulu. Ibnul Mubarok, seorang ulama’ besar berkata; “Kami belajar adab & tata krama selama 30 tahun, sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.” http://162.214.145.87/

Itulah kenapa para Ulama’ terdahulu sangat berkualitas, ilmunya tinggi dan tidak saling menyalahkan antara satu dengan yang lainnya, ya, karena mereka telah belajar adab sebelum berilmu. Mereka meyakini bahwa murid – murid kelas 1 – 3 tujuannya bukanlah untuk menilai pengetahuan atau pembelajaran anak, tetapi untuk membangun perilaku yang baik dan untuk mengembangkan karakter mereka.

Anak – anak diajarkan untuk menghormati orang lain dan bersikap lembut kepada binatang dan alam. Para murid diajarkan bagaimana untuk menjadi orang yang murah hati, penyayang, dan empati. Selain itu, anak – anak diajarkan untuk menjadi orang yang berkualitas, bisa mengontrol diri, dan keadilan.

2. Tahun akademik dimulai pada awal April

Sebagian besar sekolah dan universitas di dunia ini memulai tahun akademik pada bulan September atau Oktober, di Jepang pada bulan April yang menandai dimulainya kalender akademik. Indonesia memulai tahun ajaran baru pada bulan Juli.

Hari pertama sekolah di Jepang sering bertepatan dengan salah satu fenomena alam yang paling indah, saat bunga sakura mekar.  Meskipun ini tidak berefek terlalu banyak pada pendidikan, setidaknya mereka punya tanda bahwa saat sakura mekar berarti siap-siap sekolah. Tahun akademik dibagi menjadi 3 trimester: 1 April – 20 Juli, 1 September – 26 Desember, dan 7 Januari – 25 Maret. Siswa Jepang mendapatkan liburan selama 6 minggu selama musim panas. Mereka juga libur dua minggu di musim dingin dan musim semi.

3. Para siswa membersihkan sekolah mereka sendiri

Sebagian besar sekolah di Jepang tidak mempekerjakan petugas kebersihan atau penjaga sekolah. Di sekolah Jepang, siswa harus membersihkan ruang kelas, kafetaria, dan bahkan toilet sendiri. Saat membersihkan, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok-kelompok. Pekerjaan yang ditugaskan akan diroling perkelompok sepanjang tahun.

Sistem pendidikan Jepang mengajarkan agar para siswa merasa memiliki sekolahan tersebut. Ini akan melatih para siswa untuk bertanggung jawab dan membersihkan apa yang mereka miliki, mengajarkan pada mereka untuk bekerja dalam tim dan saling membantu.

Dengan membersihkan, menyapu, mengepel, menghapus papan tulis, dan lainnya, anak-anak akan selalu menjaga kebersihan dan tidak mudah buang sampah sembarangan. Selain itu, mereka juga akan menghargai pekerjaan orang lain.

4. Makan siang bersama di dalam kelas

Sekolah-sekolah di Jepang menyediakan makan siang dengan menu yang sehat. Uniknya, makan siang tersebut dibawa ke dalam kelas dan dimakan bersama-sama. Sistem pendidikan Jepang melakukan yang terbaik untuk memastikan bahwa para siswa makan makanan yang sehat dan seimbang . Di sekolah dasar dan menengah, makan siang untuk siswa dimasak tidak hanya oleh koki yang berkualitas tetapi juga oleh para profesional di bidang gizi dan kesehatan. Para siswa makan bersama di kelas sekaligus bareng dengan gurunya. Hali ini akan membantu membangun hubungan yang baik untuk guru dan siswa di sekolah.

5. Belajar kelompok adalah sebuah kebiasaan di Jepang

Demi masuk ke sekolah menengah pertama yang favorit, sebagian besar siswa Jepang mengikuti les tambahan untuk persiapan tes masuk. Mereka membuat kelompok-kelompok sendiri setelah sekolah.

Kelompok-kelompok ini belajar bersama di malam hari. Melihat sekelompok anak-anak kecil yang bergerombol di malam hari adalah hal biasa di Jepang. Mereka baru pulang dari belajar kelompok.

Siswa di Jepang bersekolah selama 8 jam, tetapi setelah itu mereka tetap belajar sendiri, bahkan selama liburan dan akhir pekan. Tidak heran jika siswa di negara ini hampir tidak pernah mengulang kelas di sekolah dasar, sekolah menengah pertama, atau sekolah menengah atas.

6. Mengajarkan pelajaran tradisional untuk menjaga budaya

Kaligrafi Jepang, atau Shodo, dibuat dengan cara mencelupkan kuas dari bambu ke dalam tinta dan dituliskan di atas kertas. Bagi orang Jepang, Shodo adalah seni yang tidak kalah populer dengan melukis. Selain itu, mereka juga belajar Haiku, puisi yang menggunakan ekspresi sederhana untuk menyampaikan emosi yang mendalam kepada pembaca.

Sekolah tetap mengajarkan kedua hal tersebut kepada anak-anak untuk menghormati budaya mereka dan tradisi yang telah turun temurun selama berabad-abad. Di Indonesia, khususnya Jawa, orang-orangnya bahkan sudah tidak mengenal lagi tulisan ‘honocoroko,’ . Tidak ada penekanan agar orang lokal harus menjaga huruf dan tulisan lokal.

7. Punya seragam nasional

Sistem Pendidikan Jepang

Hampir semua sekolah menengah pertama di jepang mengharuskan muridnya mengenakan seragam sekolah. Setiap sekolah memiliki seragam sendiri, tapi juga harus punya seragam sekolah nasional Jepang. Seragam anak laki-laki bergaya seperti militer dan anak-anak perempuan seperti pelaut.

Kebijakan seragam dimaksudkan untuk menghilangkan perbedaan sosial di kalangan siswa. Yang kaya maupun yang miskin berpakaian sama. Dengan berseragam juga bisa untuk membiasakan diri dengan suasana kerja yang baik. Selain itu, mengenakan seragam sekolah membantu meningkatkan rasa kebersamaan di antara anak-anak.

8. Tingkat kehadiran sekolah di Jepang adalah sekitar 99,99%

Mungkin kita semua pernah membolos saat sekolah, meskipun cuman sekali saja. Tapi tak ada kata bolos untuk siswa Jepang. Mereka juga jarang datang terlambat ke sekolah.

Selain itu, sekitar 91% siswa di Jepang melaporkan bahwa mereka tidak pernah, mengabaikan apa yang diajarkan guru. Hanya 9% dari siswa Jepang yang tidak memperhatikan gurunya saat diajar di kelas. Tidak banyak negara lain yang dapat membanggakan statistik seperti itu.