Monthly Archives: January 2020

Peraturan Sekolah Yang Aneh Dan Kontroversial

Peraturan Sekolah Yang Aneh Dan Kontroversial – Setiap sekolah pasti memiliki sebuah aturan dan kebijakan yang wajib ditaati oleh para siswanya. Aturan ini sangat diperlukan untuk membangun lingkungan yang sehat dan positif agar para siswa bisa tumbuh dan belajar dengan baik. Namun, diluar sana ada beberapa peraturan aneh yang malah menimbulkan pro dan kontra dari berbagai pihak.

Dikutip dari Bright Side, berikut ini adalah peraturan sekolah yang paling aneh dan kontroversial di seluruh dunia. http://www.shortqtsyndrome.org/

1. Larangan untuk pergi ke toilet

Peraturan Unik di Sekolah

Bagi sebagian orang, larangan ini terdengar cukup kejam. Namun, nyatanya larangan ini benar-benar ada di sebuah sekolah menengah di Chicago, Amerika Serikat. Di sekolah ini, para siswa hanya diberi izin 3 kali pergi ke toilet dalam satu semester. Apa pun alasannya, para siswa tidak boleh meninggalkan kelas hingga pelajaran berakhir. Aturan ini sengaja dibuat karena siswa seringkali membolos dengan alasan pergi ke toilet. www.americannamedaycalendar.com

2. Aturan untuk tidur siang

Aturan ini nampaknya harus dicontoh oleh sekolah-sekolah yang ada di Indonesia. Sebab, di China, para siswa diperbolehkan untuk tidur siang selama 30 menit di tengah hari. Guru di sekolah tersebut percaya bahwa tidur siang dapat memperbaiki ingatan seseorang dan memberikan energi untuk mengikuti pelajaran.

Bahkan, para siswa sekolah dasar diperbolehkan untuk tidur di atas meja dengan membawa selimut dan bantal. Sementara, siswa yang lebih tua harus tidur dalam posisi duduk. Namun, posisi ini seringkali berakibat kurang baik pada perkembangan otot dan tulang belakang.

3.Larangan untuk menyemprotkan deodoran

Larangan di sebuah sekolah menengah di Pennsylvania, Amerika Serikat, ini cukup aneh. Bagaimana tidak, para siswa di sekolah ini tidak boleh menyemprotkan deodoran. Pihak sekolah mengklaim larangan ini dibuat setelah seorang siswa mengalami reaksi alergi yang cukup serius. Siswa tersebut akhirnya dibawa ke rumah sakit.

Lebih lanjut, pihak sekolah mengklaim bahwa kasus itu bukanlah kasus yang pertama. Semenjak kejadian itu, banyak sekolah di Pennsylvania menerapkan larangan yang sama. Sebab banyak remaja yang terkadang menjadi berlebihan dalam menyemprotkan deodoran tersebut.

4. Larangan untuk mengangkat tangan

Siapa di antara kamu yang sering mengangkat tangan saat di dalam kelas? Kalau kamu sering melakukan praktik tersebut, nampaknya kamu harus menghentikannya di Nottinghamshire, Inggris. Sebab, di kota tersebut ada sebuah sekolah yang melarang siswanya untuk mengangkat tangan saat ingin mengajukan pertanyaan di dalam kelas.

Menurut pihak sekolah, praktik mengangkat tangan ini tidak ada gunanya, karena siswa yang sering mengangkat tangan di dalam kelas selalu orang yang sama, dan praktik ini juga mendorong siswa lain untuk tidak berkembang. Oleh karena itulah, sekolah tersebut membuat aturan seorang guru yang boleh memilih siswa mana yang harus menjawab

pertanyaan tersebut.

Namun, aturan baru itu malah mendapat reaksi dari beberapa orang tua. Mereka berpendapat bahwa anak-anak mereka merasa gugup dan takut, karena mereka dipilih ketika mereka tidak tahu jawabannya.

5. Larangan untuk mengenakan tinta berwarna merah

Peraturan Unik di Sekolah

Kamu mungkin enggak asing dengan penggunaan tinta berwarna merah di sekolah. Misalnya ketika nilai kamu di bawah rata-rata, maka guru kamu akan mengenakan tinta tersebut untuk menunjukkan ‘kesalahan’ kamu.

Baru-baru ini, penggunaan tinta merah dilarang di beberapa sekolah di Australia dan Inggris. Beberapa orang mengklaim bahwa tinta merah itu dapat membahayakan anak-anak secara psikologis karena warna itu bisa menurunkan motivasi siswa dan menimbulkan rasa takut dan tertekan. Selebihnya, warna-warna lain seperti hijau, pink, kuning, ungu, dan biru diperbolehkan untuk digunakan.

6. Larangan untuk memiliki teman baik

Memiliki teman baik di sekolah memang menyenangkan, kehadiran mereka akan membuat kamu untuk lebih termotivasi datang ke sekolah. Namun, asumsi ini nyatanya tidak disetujui oleh sekolah yang ada di Inggris. Baru-baru ini, sekolah di Inggris menerapkan sebuah larangan kepada siswa untuk memiliki teman baik selama di sekolah.

Beberapa orang tua, guru, dan psikolog menilai bahwa anak-anak tumbuh dengan baik jika mereka memiliki lingkup petemanan yang luas, dan bukan hanya memiliki teman yang itu-itu saja.

Pendapat itu kemudian dibantah oleh sebuah studi yang dilakukan Child Development, di mana studi tersebut mengatakan bahwa memiliki teman baik justu akan meningkatkan kesehatan mental yang lebih baik sepanjang hidup mereka.

7. Duduk di kacang polong beku

Beberapa waktu yang lalu, seorang siswa di China mengunggah sebuah foto yang menunjukkan lututnya dalam keadaan yang mengerikan. Menurut penuturan siswa tersebut, hal itu terjadi setelah ia dikenai hukuman dan harus berlutur pada kacang polong beku.

Tanpa dijelaskan kesalahan apa yang ia lakukan sehingga membuatnya harus berlutut pada kacang polong beku. Namun, beberapa orang mengklaim bahwa praktik ini lumrah terjadi di kalangan guru dan orang tua di beberapa negara di Asia.

8. Dilarang Memakai Sweater dan Jaket saat Pergi maupun Pulang Sekolah

Peraturan ini berlaku untuk semua siswa-siswa yang menjadi pelajar di negara Sakura tersebut. Memakai sweater atau jaket dianggap merusak penampilan mereka, karena hanya memakai seragam saja sudah cukup menjadi identitas sekolah masing-masing siswa. Jadi, siswa-siswa yang pergi maupun pulang sekolah bisa dikenali dari mana asal sekolahnya berdasarkan seragamnya. Di Indonesia malah siswa-siswa sekarang berebut untuk membeli jaket dengan model terbaru dan memakai nya di sekolah hanya untuk gaya-gaya an. Sangat miris!

9. Jam Belajar hanya 5 Jam per Hari

Peraturan ini cukup aneh jika didengar. Waktu 5 jam apa mungkin cukup untuk proses belajar mengajar? Tapi nyatanya, Finlandia merupakan negara dengan kualitas pendidikan paling baik di dunia loh. Peraturan ini berlaku untuk seluruh sekolah menengah pertama dan menengah atas. Terbukti, cara ini efektif membuat siswa lebih fokus dalam mengikuti pelajaran. Siapa yang gak mau sekolah dengan jam pelajaran secepat itu? Pasti kalian semua tergiur guys!

10. Dilarang Mencontek

Jika kamu bersekolah di sekolah Bangladesh ini, jangan coba-coba untuk mencontek. Kenapa? Karena jika kamu sampai ketahuan hukumannya bukan hanya akan berhadapan dengan guru, tapi langsung dengan polisi. Mungkin jika peraturan ini ada di Indonesia dapat menimbulkan kontroversi di kalangan pelajar. Mengapa timbul kontroversi? Ya pasti, siswa di Indonesia rata-rata mempunyai satu jurus paling ampuh untuk dapatkan nilai bagus di sekolah apalagi kalau bukan jurus nyontek!

Negara Terbaik di Asia Untuk Melanjutkan Studi

Negara Terbaik di Asia Untuk Melanjutkan Studi – Pilihan melanjutkan studi disalah satu negara bisa menjadi merupakan pertimbangan yang menarik. Faktor geografis, kedekatan budaya, dan keterjangkauan biaya kuliah dapat menjadi beberapa alasan.

Tidak hanya itu saja, beberapa universitas di Asia juga memperoleh peringkat bergengsi dalam QS World University Rangkings (WUR) yang diliris pada bulan Juni lalu. Hal ini menjadi sebuah bukti, universitas di Asia memiliki kualitas yang mempuni di kancah internasional. slot online

Sebanyak 17 kota di Asia bahkan sudah masuk dalam 50 peringkat teratas QS Higher Education System Strengthings 2018 yang menampilkan sistem pendidikan tinggi terkuat di dunia. slot online

Berikut ini beberapa negara rekomendasi untuk dijadikan pilihan sebagai destinasi studi di Asia berdasarkan QS WUR https://www.americannamedaycalendar.com/

1. Malaysia

Negara Terbaik di Asia Untuk Melanjutkan Studi

Malaysia menjadi pusat pendidikan tinggi dengan sistem pendidikan menempati peringkat ke- 25 di dunia. Malaysia saat ini juga tengah memperkuat dan memperluas strategi pendidikan tinggi dengan membuka kampus cabang internasional dari universitas-universitas luar negeri yang disegani, seperti universitas Nottingham di Inggris.

Siswa internasional tertarik ke kota-kota yang menarik di Malaysia berkat keindahan alam dan pemandangan yang fantastis, dan tentu biaya pendidikan dan biaya hidup yang terjangkau. Bahkan, Kuala Lumpur di peringkat sebagai kota pelajar paling terjangkau kedua (dan paling terjangkau di Asia) di QS Best Student Cities 2018 . Setidaknya ada 26 universitas Malaysia di QS Asia University Rankings 2019, enam di antaranya masuk dalam 100 besar, di antaranya Universiti Malaya berada di peringkat tertinggi pada gabungan ke-19.

2. Taiwan

‘Macan Asia’ Taiwan sangat ideal bagi siswa yang tertarik pada bidang teknologi dan inovasi. Kota ini terkenal dengan industri teknologi yang terkemuka di dunia, dengan banyak universitas serupa Lembah Silikon AS, yakni di Taman Sains Hsinchu. Secara keseluruhan, Taiwan memiliki sistem pendidikan tinggi yang kuat (peringkat ke-19 dalam Peringkat Kekuatan Sistem Pendidikan Tinggi QS), serta budaya hidup yang beragam dan memadukan tradisional dan modern.

Semakin banyak siswa luar negeri memilih belajar di Taiwan yang seperti di Malaysia cukup terjangkau, baik dari segi biaya kuliah maupun biaya hidup. Taiwan memiliki 36 universitas yang masuk peringkat Asia terbaru, dengan lima di atas 50, termasuk Taiwan National University (NTU) di tempat ke-22.

3. Indonesia

Negara Terbaik di Asia Untuk Melanjutkan Studi

Indonesia masuk dalam pilihan destinasi studi Asia sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan populasi terbesar keempat di dunia. Indonesia sangat beragam, dengan ratusan kelompok etnis, bahasa, dan budaya individu bercampur menjadi negara yang ramah dan toleran. Secara keseluruhan, Indonesia dipandang pilihan tepat bagi siswa yang ingin memperluas wawasan mereka.

Pendidikan tinggi di Indonesia telah tumbuh secara signifikan dan saat ini menampung sekitar 5.700 lebih siswa internasional. Sebanyak 22 universitas Indonesia berada di peringkat ke-350 teratas di peringkat Asia terbaru, dengan Universitas Indonesia (UI) berada di peringkat ke-57.

4. China

China adalah salah satu tujuan studi non-Eropa paling populer di dunia, dengan 377.000 siswa internasional terdaftar pada 2014. China memiliki salah satu sistem pendidikan tinggi terbesar dan terkuat di dunia, berada di urutan kedelapan dalam peringkat. Sebagai salah satu tujuan terbesar di dunia, dengan sejarah 5.000 tahun, China juga menawarkan sejumlah besar tujuan wisata dan budaya kuno dan modern untuk dijelajahi di luar studi.  Sebanyak 113 universitas China masuk dalam peringkat Asia, dengan Universitas Tsinghua memimpin berada di peringkat ketiga.

5. Singapura

Negara dan kota kecil Singapura berkembang sebagai pusat keunggulan pendidikan tinggi di mana National University of Singapore (NUS) dan Nanyang Technological University (NTU) berada di peringkat ketiga terbaik bersama Universitas Tsinghua. Singapura dinilai memiliki reputasi dalam penelitian dan inovasi. Singapura dikenal sebagai tempat percampuran budaya, bahasa dan agama, dengan populasi campuran China, Malaysia, dan India yang masing-masing menambah pengaruh pada identitas unik kota ini. Sistem pendidikan tinggi Singapura menduduki peringkat ke-28 dalam peringkat kekuatan sistem pendidikan.

6. Jepang

Berikutnya dalam daftar tempat terbaik untuk belajar di luar negeri adalah Jepang, peringkat ke-10 dalam Peringkat Kekuatan Sistem Pendidikan Tinggi QS. Beberapa tahun terakhir telah terlihat negara ini mengambil langkah-langkah untuk menarik lebih banyak siswa internasional, meningkatkan jumlah program yang diajarkan bahasa Inggris dan membuatnya lebih mudah untuk diterapkan.

Tokyo berada di peringkat kedua di QS Best Student Cities 2018. Tujuan studi yang cocok bagi pencinta teknologi dan pencinta kuliner, Jepang menarik 267.000 siswa internasional yang memecahkan rekor pada  2017 meskipun biaya hidup lebih tinggi daripada tempat lain di Asia. Universitas peringkat tertinggi Jepang di peringkat Asia adalah University of Tokyo pada peringkat ke-11, dan 88 universitas Jepang lain masuk dalam 500 besar teratas di Asia.

7. Korea Selatan

Sebagai kekuatan besar di Asia dalam bidang pendidikan, teknologi, dan pariwisata, Korea Selatan menjadi ‘Macan Asia’ lain yang telah berinvestasi kuat dalam penelitian dan pendidikan. Sistem pendidikan tinggi negara itu berada di peringkat kesembilan dalam peringkat kekuatan sistem pendidikan. Ibu kota Seoul berada di peringkat ke-10 di Kota Pelajar terbaik 2018 di mana 58 universitas Korea Selatan masuk dalam 500 peringkat teratas di Asia tahun ini, termasuk KAIST berlokasi di pusat teknologi Daejeon.

8. Hong Kong

Hong Kong merupakan pilihan menarik bagi banyak siswa internasional dengan berbagai universitas terkenal, penggunaan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari dan pendidikan. Sistem pendidikan tinggi Hong Kong masuk peringkat ke-18 di dunia dan berada di peringkat ke-12 dalam indeks Kota Pelajar Terbaik dengan tujuh universitas di Hong Kong masuk dalam peringkat Asia, tiga berada di 10 teratas termasuk Universitas Hong Kong (HKU) dan Universitas Sains dan Teknologi Hong Kong (HKUST).

9. India

Juga dikenal sebagai “Tanah Kontradiksi”, India akan menantang pandangan dunia Anda karena tidak ada negara lain yang bisa melakukannya. Ekonomi yang berkembang pesat dengan jumlah penduduk yang dekat dengan Cina, India memiliki tradisi yang setua peradaban manusia paling awal. Itu bahkan rumah bagi universitas pertama di dunia.

Dengan lebih dari 800 universitas menawarkan program berkualitas dengan biaya seperempat dari biasanya, studi di India sangat kompetitif, serta hemat biaya. Di luar kelas, indera Anda akan dirangsang dengan kuil-kuil yang indah, pantai yang subur, satwa liar yang kaya, dan perpaduan bahasa, masakan, dan budaya untuk dijelajahi.

Selain menjadi #10 on our top study abroad countries in Asia, India also ranked # 3 dalam budaya. Pelajari bahasa baru (atau beberapa), nikmati setidaknya dua kali istirahat sehari, dan kecanduan lassi, semuanya sambil mendapat gelar besar.

Anak – Anak Menyukai Membaca Dari Pada Matematika

Anak – Anak Menyukai Membaca Dari Pada Matematika – Anak-anak perempuan yang lebih pintar matematika ketimbang anak-anak laki-laki ternyata jauh lebih berprestasi di kelas bahasa. Apakah ini alasan sedikitnya jumlah perempuan yang berkarier di bidang teknik?

Kesenjangan gender di mata pelajaran yang berkaitan dengan matematika terbukti persisten. Di nyaris semua negara, jauh lebih sedikit perempuan ketimbang laki – laki yang memilih karier yang berhubungan dengan ilmu matematika, fisika, teknik, dan komputer. idn slot online

Meski sudah banyak inisiatif yang menyediakan mentor dan panutan perempuan, juga membuat kemajuan dalam memerangi stereotipe dan bias gender, efeknya masi belum terasa. Dengan tingkat perubahan ini, di puluhan tahun ke depan, jumlah wanita masih akan kalah jauh dari pria di bidang – bidang tersebut. idn slot online

Di Inggris pada 2019, misalnya 39% dari anak perempuan usia 18 tahun yang belajar matematika level A yang mendapatkan nilai A, dibandingkan dengan teman – teman pria mereka yang hanya sebesar 42%. www.mrchensjackson.com

Di pelajaran Fisika level-A, 29% persen anak perempuan mendapat dua nilai tertinggi, dibandingkan dengan 28% anak laki-laki. Tapi di kedua mata pelajaran ini, jumlah anak laki-laki jauh lebih banyak dari perempuan—dengan perbandingan lebih dari 3:1 di kelas Fisika saja.

Jadi, mengapa banyak anak perempuan yang tak menyukai pelajaran Matematika dan Fisika?

Anak – Anak Menyukai Membaca Dari Pada  Matematika

Sebuah penelitian yang baru – baru ini dipublikasikan di jurnal PNAS mengindikasikan jawabannya terletak pada perbedaan kemampuan akademis antara perempuan dan laki – laki, meski dalam jurnal tersebut yang dibahas adalah kemampuan di bidang membaca, bukan matematika.

Sejumlah penelitian secara konsisten menunjukan bahwa perempuan, baik anak – anak maupun dewasa, menunjukkan prestasi lebih baik ketimbang pria di bidang membaca dan menulis. Perempuan juga lebih cepat menguasai bahasa asing.

Thomas Breda, dari Paris School of Economics, dan Clotilde Napp, dari Paris Dauphine University, ingin tahu apakah perbedaan kemampuan membaca oleh perempuan dan laki-laki ini bisa menjelaskan kesenjangan gender di karir terkait ilmu pengetahuan, teknologi, teknik, dan matematika (atau biasa dikenal dengan STEM: Science, Technology, Engineering and Mathematics).

Mungkinkah karena anak-anak perempuan tidak dipaksa untuk berprestasi di mata pelajaran Matematika? Seperti juga ketika mereka dipaksa tampil baik di bidang-bidang yang membutuhkan ketrampilan bahasa mereka yang superior?

Pelajaran yang menonjol dianggap lebih penting

Setiap tiga tahun, ratusan ribu remaja 15 tahun di lebih dari 60 negara disurvei dalam penelitian PISA, yang diprakarsai oleh OECD. Para siswa diminta menyelesaikan tes matematika, membaca, dan sains lalu diminta untuk menjawab pertanyaan tentang pilihan karir mereka di masa depan.

Breda dan Napp lalu melihat ada yang aneh saat meneliti data dari PISA 2012.”Kesenjangan gender pada matematika di antara laki-laki dan perempuan kecil pada usia 15 tahun, tapi kesenjangan ini terlalu kecil untuk menjelaskan mengapa segregasi antara kedua jenis kelamin sangat besar di dunia kerja menyangkut STEM,” ujar Breda.

Tapi di kemampuan membaca, keadaannya berbalik; anak-anak perempuan tampil lebih cemerlang ketimbang anak lelaki. Maka, ketika anak perempuan dan lelaki memiliki nilai yang hampir sama di matematika, anak perempuan tersebut biasanya memiliki nilai lebih tinggi di kelas membaca.

Saat Breda dan Napp membandingkan skor masing-masing siswa dalam hal membaca dan matematika, mereka menemukan bahwa ‘perbedaan skor’ memberi gambaran akurat bagaimana para siswa menentukan pemilihan karir mereka di masa depan.

Semakin mahir mereka dalam pelajaran membaca, semakin jarang mereka memilih karir di bidang matematika, meskipun di saat yang sama nilai matematika mereka juga tinggi. Keadaan ini berlaku pada perempuan dan laki-laki.

Sejumlah peneliti lain yang juga menggali penyebab rendahnya jumlah perempuan yang bekerja di bidang terkait fisika sepakat bahwa ada penjelasan yang masuk akal atas fenomena ini.

“Saat anak-anak perempuan dan laki-laki memilih mata pelajaran yang mereka ambil, mereka tidak mempertimbangkan seberapa bagus performa mereka di pelajaran matematika atau membaca, tapi apakah mereka bagus di bidang matematika bila dibandingkan dengan membaca. Pelajaran di mana mereka lebih menonjol yang kemudian dipilih,” kata Sarah Cattan, Kepala Sektor Pendidikan dan Ketrampilan di Fiscal Studies Institut di London.

Lise Eliot, profesor neuroscience di Rosalind Franklin University of Medicine and Science di Chicago juga setuju. “Teori ini masuk akal, dan sudah banyak penelitian sebelumnya membuktikan, bahwa di tengah lingkungan akademis yang kompetitif, para siswa akan mempertimbangkan kemampuan relatif mereka ketimbang kemampuan di masing-masing bidang.”

Peran stereotip pada pilihan karir

Meski begitu, Eliot menambahkan bahwa nilai tes mungkin bukan satu-satunya faktor yang menjadi pertimbangan seorang siswa memilih karir. “Keputusan seperti ini selalu dibuat dalam konteks sosial yang di dalamnya ada kompetisi antar-siswa dan peran gender di lingkungannya.”

Orangtua dan guru bisa jadi memperlakukan siswa perempuan dan laki-laki secara berbeda, kerap kali tanpa sadar, karena ada stereotipe yang mengatakan bahwa membaca lebih cocok dengan perempuan dan matematika dengan laki-laki.

Salah satu penelitian menemukan bahwa guru – guru sekolah dasar mengharapkan nilai matematika dan sanis yang tinggi pada murid pria. Ada pula penelitian yang menemukan bahwa orangtua lebih sering membacakan buku pada anak – anak perempuan.

Apakah ada perbedaan di struktur otak perempuan dan laki – laki yang menyebabkan gender berbeda lebih unggul di bidang – bidang tertentu, ini masih banyak kontroversi.

Penelitian-penelitian ini menunjukkan bahwa imbas stereotip dari lingkungan ini tidak muncul begitu saja pada waktu seorang anak perempuan memilih karier, namun sejak bertahun-tahun sebelumnya.

Dengan mendorong anak perempuan lebih rajin membaca ketimbang berkutat dengan matematika, pada akhirnya akan membuat perempuan lebih berprestasi di bidang membaca. Secara tak langsung, ini berimbas pada pilihan karir mereka di masa mendatang.

Mendorong anak laki-laki gemar membaca

Anak – Anak Menyukai Membaca Dari Pada  Matematika

David Geary, seorang psikolog tumbuh kembang di University of Missouri berkata ini bisa menguntungkan bagi masyarakat yang lebih luas.

“Jika Anda melihat anak-anak dengan pendidikan rendah, kebanyakan adalah anak laki-laki, dan kebanyakan dari mereka lemah di membaca dan menulis,” katanya.

Kegagalan mengatasi permasalahan ini bisa membuat banyak anak laki-laki, terutama yang berasal dari keluarga kurang mampu, menjadi angkatan kerja yang “under-employed atau unemployable”.

Lebih lagi, dia melanjutkan, ada tendensi melihat kesenjangan gender di bidang-bidang yang laki-laki merupakan minoritas. “Tidak ada yang bicara soal kesenjangan di bidang kedokteran hewan, misalnya, di mana sekarang 80%-nya adalah perempuan.”

Eliot yakin kesenjangan kemampuan dalam membaca ini bisa dikurangi. Terlebih, kesenjangan kemampuan membaca lebih kecil pada anak-anak yang berasal dari rumah tangga yang lebih berpendidikan, di mana kegiatan membaca dan menulis biasanya lebih dihargai.

Ratusan Anak di Jepang Menolak Untuk Bersekolah

Ratusan Anak di Jepang Menolak Untuk Bersekolah – Di Jepang, semakin banyak anak yang menolak pergi ke sekolah atau “futoko”, sehingga timbul pertanyaan apakah ini mewakili sistem sekolah atau lebih merupakan masalah para murid sendiri.

Ratusan Anak di Jepang Menolak Untuk Bersekolah

Yuta Ito, 10 tahun menunggu liburan tahunan Golden Week musim semi tahun lalu sebelum memberi tahu orang tuanya tentang perasaannya. Selama beberapa bulan dengan enggan dia masuk sekolah SD karena dirinya dilecehkan dan sering kali berkelahi dengan teman sekelasnya. Sekarang Yuta menghabiskan waktu bersekolah dengan melakukan apapun yang disukainya – dan dia menjadi jauh lebih bahagia. idnslot

Yuta adalah satu dari banyak futoko Jepang, yaitu yang didefinisikan kementerian pendidikan Jepang sebagai anak yang tidak ke sekolah selama lebih dari 30 hari, bukan karena masalah kesehatan atau keuangan. Sikap terhadap futoko telah berubah dalam puluhan tahun terakhir. Sampai tahun 1992, menolak bersekolah – tokokyoshi atau penolakan – dipandang sebagai penyakit jiwa. Tahun 1997, terminologinya diubah menjadi futoko yang lebih netral, yang berarti tidak hadir. Tanggal 17 Oktober, pemerintah mengumumkan tingkat absen murid SD dan SMP mencapai angka tertinggi, dengan 164.528 anak pada tahun 2018, naik dari 144.031 di tahun 2017. idnslot

Gerakan sekolah bebas dimulai di Jepang pada tahun 1980-an, karena meningkatnya futoko. Ini adalah sekolah alternatif yang dijalankan berdasarkan prinsip kebebasan dan individualitas. Sekolah ini diterima sebagai alternatif dari pendidikan wajib, sama seperti sekolah rumah, tetapi anak-anak tidak menerima kualifikasi yang diakui. Jumlah pesertanya melonjak dari 7.424 anak di tahun 1992 menjadi 20.346 murid di tahun 2017. https://www.mrchensjackson.com/

Dikeluarkan dari sekolah dapat mengakibatkan pengaruh jangka panjang dan risiko yang tinggi anak-anak akan sama sekali menarik diri dari masyarakat dan “mengunci” diri di kamarnya atau hikikomori. Yang lebih mengkhawatirkan adalah jumlah murid yang bunuh diri. Di tahun 2018, angka bunuh diri sekolah mencapai tingkat tertinggi dalam 30 tahun, dengan 332 kasus. Tahun 2016, peningkatan bunuh diri murid membuat pemerintah meloloskan peraturan pencegahan bunuh diri.

Jadi mengapa begitu banyak anak menolak ke sekolah di Jepang?

Ratusan Anak di Jepang Menolak Untuk Bersekolah

Keadaan keluarga, masalah pribadi dengan teman dan pelecehan adalah sejumlah penyebab utamanya, menurut survei kementerian pendidikan. Banyak sekolah di Jepang mengendalikan semua aspek penampilan murid, memaksa mereka mencat rambut coklat menjadi hitam atau tidak mengizinkan murid mengenakan stoking atau mantel, bahkan saat cuaca dingin. Mereka bahkan memutuskan warna baju dalam murid.

Aturan yang dikenal sebagai “aturan sekolah hitam”, mewakili istilah populer yang dipakai untuk menggambarkan bagaimana perusahaan mengeksploitasi buruh. Sekarang, murid Tamagawa Free School Tokyo tidak perlu memakai seragam dan bebas memilih kegiatannya, sesuai kesepakatan antara sekolah, orang tua dan murid. Mereka didorong untuk mengembangkan keterampilan dan keinginan pribadinya. Ruang kelas berisi komputer untuk belajar bahasa Jepang dan matematika, dengan perpustakaan berisi buku dan komik Jepang manga.Suasananya sangat tidak resmi, mirip sebuah keluarga besar. Para murid bertemu di ruang bersama untuk ngobrol dan main bersama. “Tujuan sekolah ini adalah untuk mengembangkan kemampuan sosial manusia,” kata kepala sekolahnya, Takashi Yoshikawa.

Yoshikawa membuka sekolah bebas pertamanya pada tahun 2010, di sebuah apartemen tiga lantai di daerah permukiman Fuchu, Tokyo. “Saya memperkirakan murid yang datang akan berumur di atas 15 tahun, tetapi ternyata yang hadir baru berumur tujuh atau delapan tahun,” katanya. “Sebagian besar tidak berbicara karena menderita autisme dan mereka tidak melakukan apapun.” Dia yakin masalah komunikasi yang menjadi penyebab utama mengapa para murid menolak ke sekolah.

Salah satu tantangan yang dihadapi murid adalah besarnya kelas, kata Profesor Ryo Uchida, ahli pendidikan di Nagoya University. “Di ruang kelas dengan sekitar 40 murid yang harus bersama-sama selama setahun, banyak hal dapat terjadi,” katanya. Uchida mengatakan pertemanan adalah kunci agar dapat bertahan hidup di Jepang karena tingginya tingkat kepadatan penduduk. Jika Anda tidak bisa bergaul atau bekerja sama dengan yang lainnya, Anda tidak bisa bertahan hidup. Ini bukan hanya terkait dengan sekolah, tetapi juga dengan sarana perhubungan umum, misalnya, yang sangat padat.

Bagi banyak murid kebutuhan untuk menjadi sama dengan yang lainnya menjadi masalah. Mereka tidak merasa nyaman di ruang kelas yang penuh, dimana mereka harus melakukan semua hal bersama-sama dalam ruang yang sempit. “Karena itulah, dukungan yang diberikan sekolah bebas sangatlah berarti,” kata Uchida. “Mereka tidak terlalu memperhatikan kelompok dan mereka cenderung menghargai pikiran dan perasaan masing-masing murid.”

Tetapi masalah di dalam sistem pendidikan tetap ada. Bagi Uchida tidak berusaha untuk mengembangkan keberagaman murid adalah sebuah pelanggaran hak asasi manusia – dan banyak pihak lain sependapat dengannya. Pada bulan Agustus, kelompok pegiat “Black kosoku o nakuso! Project” atau “Mari hapuskan aturan sekolah hitam!” mengajukan petisi online kepada kementerian pendidikan, ditandatangani lebih dari 60.000 orang. Mereka mendesak dilakukannya penyelidikan terhadap aturan sekolah yang tidak masuk akal. Uchida mengatakan kementerian pendidikan sekarang sepertinya menerima ketidakhadiran bukan sebagai ketidaknormalan, tetapi sebuah kecenderungan. Dia memandang ini adalah pengakuan secara tersirat bahwa murid futoko bukanlah masalah, mereka hanya bereaksi terhadap sistem pendidikan yang gagal memberikan suasana yang dapat merangkul mereka.

Anak Papua yang Mendapatkan Beasiswa ke Rusia

Anak Papua yang Mendapatkan Beasiswa ke Rusia – Onesimus Aluwa, pemuda dari daerah pedalaman Yahukimo, Papua, bercerita tentang keinginannya membangun sekolah di desa asalnya setelah menempuh studi magister melalui beasiswa ke Rusia.

Ones, begitu panggilannya, baru-baru ini tiba di ibu kota Moskow. Dua tangannya sembunyi di balik jaket, saat salju pertama mulai turun. “Tidak apa-apa, Kakak. Di Wamena dingin juga, tapi di Moskow memang terlalu dingin,” katanya, kepada Clara Rondonuwu, mahasiswi Indonesia di Rusia yang melaporkan untuk BBC News Indonesia. Ones menyusuri Tverskaya, kawasan di Moskow, untuk mencari-cari mesin penjual pulsa. Dia agak gelisah, tak sabar lagi ingin mengabari kakak-kakaknya kalau ia sudah sampai di tujuan. Ones telah menempuh perjalanan sekitar 11.000 kilometer, dari daerah pelosok di Kabupaten Yahukimo ke Moskow. Pemuda berusia 25 tahun ini berasal dari Yalmabi, kampung di pelosok Kabupaten Yahukimo yang ditempuh dengan berjalan kaki “satu hari”. idn slot

“Belum ada jalan yang menuju ke Yalmabi, artinya kalau saya keluar kampung pukul 06:00 pagi, tiba di Yahukimo antara pukul 06:00 atau 07:00 sore.” idn slot

“Kami masih lewat jalur orang tua dulu, lewat hutan. Ada dua bukit yang besar sekali, tapi setelah itu lurus rata saja jalannya,” urai Ones tentang kampung di perbatasan antara Indonesia dan Papua Nugini tersebut.

Berbekal beasiswa, ia melanjutkan pendidikan magister bidang pedagogi di kampus pencetak guru terbesar di Rusia, Moscow State Pedagogical University. www.benchwarmerscoffee.com

“Metode mereka mengajar berbeda. Santai, tidak terlalu ditekan seperti di Indonesia,” katanya, walau ia mengakui materi untuk saat ini masih sulit.

“Guru mengajarkan semua pakai bahasa Rusia, saya belum tahu banyak kata-kata,” kata Ones.

Keluarga menjadi pemberi semangat untuk melanjutkan studi. Tidak berkembangnya pendidikan di daerahnya menakutkan buat Ones. “Di sana tidak ada perpustakaan. Di sekolah biasa guru mengajar, setelah itu anak-anak belajar di rumah lewat buku catat,” katanya. Di Moskow, ia mengatakan terdapat lebih dari 400 perpustakaan.

“Internet dan WiFi gratis juga lancar, kalau di sana error-error.” Tamatan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Kristen, Wamena, ini diperbantukan mengisi kekosongan guru di sebuah sekolah yayasan di Kabupaten Yahukimo setelah lulus sebagai sarjana. “Status PNS atau status honor juga belum. Hanya bantu saja,” urainya.

Perkembangan rendah tak seperti di Wamena

Anak Papua yang Mendapatkan Beasiswa ke Rusia

“Siswanya kebanyakan dari kampung, karena di kampung tidak ada guru,” kata dia. “Perkembangan anak-anak rendah sekali, tidak terlalu seperti di kota besar macam Wamena,” ujarnya. Wamena, yang dirujuknya sebagai kota besar, memang “kota terbesar” yang ada di Pegunungan Tengah, Papua. Bagi Ones, Wamena titik terjauh dari daerahnya.

“Di Moskow, semua bangunannya beda [dengan yang biasa ia temui]. Jalan juga terlalu menarik,” kata Ones.

“Pikirnya kalau sudah sampai di Rusia nanti saya naik mobil yang antar-antar saja. Ternyata ada bus, dan kaget-kaget sudah di bawah,” terkejut mengetahui keberadaan Metro, layanan kereta api bawah tanah.

Ia memang tak pernah kenal bagian dunia ini. Sebelum ikut seleksi beasiswa ke Rusia, Ones bahkan belum pernah melihat langsung ibu kota provinsi, Jayapura, apa lagi Jakarta.

Orang-orang di kampung ‘macam terlalu bangga’

Ones mencatatkan diri sebagai orang kedua di kampungnya Yalmabi yang meraih kesempatan melanjutkan pendidikan sampai magister.September lalu, ia dinyatakan lolos seleksi beasiswa ke Rusia setelah melalui proses seleksi sejak 2018. “Orang-orang di kampung semangat sekali. Macam terlalu bangga, begitu,” ungkapnya. Seorang warga lain, kata dia, sudah hampir selesai mengenyam pendidikan magister di Selandia Baru. Atas desakan kakak-kakaknya, selepas SD Ones bertolak dari kampung melanjutkan pendidikan sampai sarjana di Wamena. “Kakak pengaruhi orang tua untuk harus kirim saya ke sekolah. Orang tua terima dan kasih masuk saya di sekolah,” kata dia. Tapi, lanjut Ones, kakak yang membiayainya dari SMP sampai kuliah semester tiga sudah meninggal. “Kami ada tujuh bersaudara, tapi yang masih ada tiga. Dua kakak perempuan dan dua kakak laki-laki sudah meninggal. Kalau Mama [meninggal] tanggal dua September tahun ini,” kabar yang dia dengar saat ke Jayapura mengurus keberangkatan ke Rusia. “Saya dengar mama sakit dan langsung pulang kampung. Setelah itu mama sudah meninggal,” kata Ones, tatapannya kosong. Satu dari 10 kabupaten dengan Indeks Pembangunan Manusia terendah di Indonesia, Kabupaten Yahukimo serta Desa Yalmabi pada khususnya tak cuma kesulitan mengakses pendidikan. Fasilitas kesehatan juga absen. “Tidak ada tim medis di kampung,” imbuhnya.

Pulang bangun sekolah

Anak Papua yang Mendapatkan Beasiswa ke Rusia

“Kalau kita hanya menonton, setelah tahu kita tidak bisa tidak berbuat apa-apa, itu mematikan diri kita sendiri.” Kepada Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan yang baru, ia ingin mengingatkan penyesuaian dalam buku-buku pendidikan di Indonesia. Ia mencontohkan moda transportasi di pegunungan Papua yang masih terbatas. “Macam contohnya begini, ada kalimat ibu pergi naik kereta. Di Papua tidak ada kereta, anak-anak bingung dan guru tidak mengerti juga. Kalau bisa, saya tidak tahu apa ada rencana bikin kurikulum baru, sesuaikan dengan konteks yang ada di daerah masing-masing.”

“Yang selalu ingatkan saya untuk tidak menyerah dan maju terus itu pikiran tadi, setelah saya selesai saya ingin menyerap metode-metode mengajar dari sini setelah itu pulang ke sana bangun sekolah. Kalau saya tidak selesai, itu tidak akan ada. Jadi itu yang tantang saya terus,” katanya. “Saya cuma ingin bertahan, dari pikiran itu saya jadi terpacu belajar banyak.”

Bukan keputusan bagus

Terkait dengan pulangnya sekitar 2.000 mahasiswa Papua dari Jawa dan pulau lain setelah dugaan kasus rasis di Surabaya Agustus lalu, Ones mengatakan itu bukan keputusan tepat. “Saya juga kan orang dari Papua, saya juga pikir ke situ. Tapi secara pribadi, menurut saya untuk putus sekolah, baru pulang, itu bukan keputusan yang bagus. Belum saatnya, karena kita masih belum siap. Masih banyak yang harus dibangun,” kata dia. “Belajar banyak, setelah itu baru bisa.”Total ada 25 pelajar asli Papua yang dinyatakan lolos seleksi beasiswa ke Rusia, pada September lalu.

Pendanaannya ada yang bersumber dari beasiswa penuh Pemerintah Papua, ada pula yang dari beasiswa bersama antara pemerintah Rusia dan Papua. Para pelajar tersebut datang bertahap ke Rusia, kemudian disebar ke berbagai kota, terentang antara Kaliningrad dan Siberia. Satu lagi yang lulus tahun ini, Agustinus Yahya Tenouye, dari studi magister bidang Kebijakan Publik di National Research University, Higher School of Economics.

Tempat Terburuk Untuk Pendidikan Bagi Anak Perempuan

Tempat Terburuk Untuk Pendidikan Bagi Anak Perempuan – Perbebatan tentang pendidikan di negara – negara maju sering berkisar tentang prioritas mata pelajaran yang mana paling penting atau tentang murid yang perlu bantuan maupun hal – hal yang perlu anggaran tambahan.

Namun bagi keluarga di negara-negara berkembang, masalah pendidikan bisa amat mendasar, seperti apakah ada sekolah? Data dari PBB memperlihatkan ‘perkembangan yang nyaris nol’ dalam satu dekade belakangan menyangkut penanganan kurangnya sekolah di negara-negara termiskin dunia. Dengan mengkaji lebih lanjut atas kualitas pendidikan, PBB mengatakan ada temuan yang ‘mengejutkan’ karena lebih dari 600 juta anak-anak bersekolah namun nyaris tidak belajar apapun. slot online indonesia

Situasi lainnya adalah di negara-negara Barat yang makmur, murid perempuan sering kali lebih unggul dibanding siswa laki-laki dalam pencapaian akademis sementara di bagian dunia yang miskin, khususnya di sub-Sahara Afrika, perempuan lebih mungkin tertinggal atau tidak bersekolah. slot online indonesia

Untuk memperingati Hari Anak Perempuan Internasional, Rabu (11/10), sebuah lembaga kampanye pendidikan, One, menyusun peringkat tentang tempat-tempat terburuk di dunia bagi anak perempuan untuk bersekolah. Peringkat disusun berdasarkan beragam kriteria, antara lain proporsi anak perempuan yang tidak mendapat pendidikan dasar dan menengah maupun yang bisa menyelesaikannya. Kriteria lainnya adalah tingkat buta huruf perempuan serta perbandingan antara jumlah murid dan guru serta anggaran untuk pendidikan. https://www.benchwarmerscoffee.com/

Kawasan konflik

Tempat Terburuk di Dunia Bagi Anak Perempuan Untuk Bersekolah

Dari 10 negara terburuk yang disusun, ditemukan bahwa sebagian besar dari usia sekolah yang tidak mendapat pendidikan adalah anak-anak perempuan. Negara-negara itu tergolong rapuh dengan banyak keluarga yang menghadapi risiko kemiskinan, kesehatan buruk, kurang gizi, pengungsian lokal akibat perang dan konflik. Banyak anak-anak perempuan di kawasan itu yang lebih diharapkan untuk bekerja dan bukan bersekolah. Banyak pula yang menikah muda sehingga menutup peluang untuk mendapat pendidikan formal. Data PBB memperlihatkan peluang anak perempuan untuk putus sekolah sampai dua kali lipat lebih tinggi di kawasan-kawasan konflik.

1. Sudan Selatan: negara terbaru di dunia ini menghadapi rangkaian kekerasan dan perang, dengan sekolah-sekolah dihancurkan sementara keluarga mengungsi dari rumahnya. Hampir tiga perempat anak-anak perempuan tidak masuk sekolah dasar

2. Republik Afrika Tengah: satu guru untuk 80 murid

3. Niger: hanya 17% perempuan berusia 15-24 tahun yang melek huruf/angka

4. Afghanistan: kesenjangan gender meluas dengan anak laki-laki lebih mungkin bersekolah dibanding anak perempuan

5. Chad: banyak hambatan sosial dan ekonomi bagi anak-anak perempuan untuk bisa mendapat pendidikan

6. Mali: hanya 38% anak perempuan yang menyelesaikan sekolah dasar

7. Guinea: rata-rata waktu yang dihabiskan untuk pendidikan di kalangan perempuan di atas 25 tahun adalah kurang dari satu tahun

8. Burkina Faso: hanya 1% anak perempuan yang menyelesaikan sekolah menengah

9. Liberia: hampir dua pertiga anak berusia sekolah dasar mengalami putus sekolah

10. Ethiopia: dua dari lima anak perempuan menikah sebelum berusia 18 tahun

Di beberapa negara, seperti Suriah, amat sulit untuk mengumpulkan data sehingga tidak masuk dalam peringkat yang disusun lembaga pendidikan One ini. Salah satu masalah yang hampir ditemukan di semua negara-negara miskin adalah kekurangan guru. Tahun lalu PBB mengatakan sekitar 69 juta guru dibutuhkan di seluruh dunia pada tahun 2030 mendatang jika janji komunitas internasional untuk pendidikan ingin diwujudkan.

Laporan PBB terbaru ini juga menyebutkan akan ada keuntungan ekonomis jika anak-anak perempuan dipertahankan belajar di sekolah. Tentu saja amat banyak yang diperoleh pada tingkat individu, seperti Florence Cheptoo, yang hidup di sebuah kampung terpencil di Kenya yang mulai belajar membaca pada usia 60 tahun.

Gayle Smith, Presiden One, menyebutkan kegagalan dalam pendidikan anak perempuan merupakan ‘krisis global yang melanggengkan kemiskinan’. “Lebih dari 130 juta anak-anak perempuan tidak bersekolah, itu berarti 130 juta lebih potensi insisnyur, pengusaha, guru, dan politikus yang kepemimpinannya tidak dinikmati dunia.”

Berikut ini ulasan mengenai tempat terburuk di dunia bagi anak perempuan untuk bersekolah.

1. Burkina Faso

Tempat Terburuk di Dunia Bagi Anak Perempuan Untuk Bersekolah

Sayangnya, anak-anak yang tinggal di negara ini tidak seberuntung orang lain yang dibesarkan di negara maju dengan sistem pendidikan tinggi. Mereka jarang melanjutkan pendidikan dan sebagian besar mereka hanya mencapai kelas 6 atau 7 dan kemudian berhenti, demikian dilaporkan PBB. Lebih memilukan lagi, hanya kurang dari 50 persen orang dewasa di negara ini yang melek huruf, sedangkan sisanya bahkan tidak bisa membaca dan menulis. Untungnya, pemerintah berusaha mengatasi masalah ini dengan membuat beberapa program untuk menciptakan perubahan dan membuat perbaikan di sektor pendidikan.

2. Republik Afrika Tengah

Pemerintah Republik Afrika Tengah adalah satu-satunya yang disalahkan atas sistem pendidikan yang buruk di negara itu. Bahkan, pemerintah mengambil seluruh tanggung jawab karena tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk sistem pendidikan. Pemerintah telah sepenuhnya mengabaikannya, yang sebagai gantinya telah menyebabkan banyak masalah serius lainnya. Sekolah banyak yang ditutup selamanya, siswa bahkan tidak memiliki bahan dasar seperti buku, dan guru tidak dibayar untuk usaha mereka. Oleh karena itu, para guru berhenti melakukan pekerjaan mereka dan para siswa berhenti hadir.

3. Sierra Leone

Satu lagi negara dengan sistem pendidikan terburuk di dunia. Tidak heran mengapa negara-negara ini tidak berkembang dan kuat. Pendidikan adalah kunci keberhasilan dan kekuatan dan selama beberapa negara terus mengabaikan sektor penting ini, mereka akan selalu berada di belakang. Sierra Leone mengetahui peningkatan luar biasa dalam tingkat buta huruf. Banyak diantaranya mereka yang memilih putus sekolah. Bahkan, anak-anak di negara ini menghabiskan tidak lebih dari tiga tahun di sekolah karena setengah dari mereka akhirnya putus sekolah. Diharapkan pemerintah Afrika Tengah mengambil beberapa langkah serius dan memperbaiki masalah ini. Tak lain demi menyelamatkan masa depan banyak anak yang pantas untuk memiliki kehidupan lebih baik.

4. Burma

Burma jelas tidak lebih baik dari negara-negara di daftar ini. Burma memiliki banyak masalah dan di antaranya adalah pendidikan. Anak-anak di Burma jarang pergi ke sekolah dan ini karena orang tua mereka hampir tidak mampu mencari nafkah dan tidak dapat memenuhi biaya pendaftaran yang dikenakan pemerintah. Oleh karena itu, kemiskinan adalah satu hambatan terbesar dan tentu saja, jangan lupa untuk menyebutkan pembatasan akses yang tidak adil yang telah ditetapkan oleh Burma untuk beberapa kelompok etnis minoritas. Sedihnya, banyak anak akhirnya putus sekolah di kelas 5.

5. Mali

Alasan utama di balik sistem pendidikan yang buruk di negara ini adalah kenyataan bahwa para guru tidak terlatih dan berkualitas. Jadi, kamu dapat mengatakan bahwa setiap orang biasa dapat mengajar di Mali tanpa perlu ada sertifikat atau gelar guru. Beruntung, masalah ini dibahas dalam beberapa tahun terakhir dan pemerintah juga berusaha melakukan perbaikan untuk memperbaiki seluruh situasi.